Keberadaan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat tercatat sejak abad ke-17, berkat peran Pangeran Mangkubumi dalam melepaskan cengkraman VOC. “Golong Gilig Manunggaling Kawula Gusti” adalah sebuah falsafah yang diajarkan oleh Pangeran Mangkubumi— julukan Sri Sultan Hamengku Buwono I, yang berarti “Hubungan erat antara raykat dengan raja, dan umat dengan tuhan”dan akhirnya menjadi sebuah konsep luhur yang terus hidup di tengah masyarakat Yogyakarta saat ini.
Sejak pertama kali berdiri di tahun 1755, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat menjadi saksi bisu bagaimana seni, tradisi, dan adat istiadat bisa melebur jadi satu kesatuan yang harmonis. Meskipun ratusan tahun sudah berlalu, semua tradisi yang berhubungan dengan seni hingga kepercayaan warisan luhur, masih terus dijaga oleh Keraton dan semua elemen masyarakat Yogyakarta.
Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat pun kini tak hanya dikenal sebagai kerajaan semata, namun memiliki sebuah identitas seni yang sudah mendunia. Ada berbagai kesenian yang terus dipertahankan oleh Keraton, mulai dari sendratari, wayang, gamelan, dan kini merambah ke kolaborasi musik modern.
Memaknai filosofi “Hamemayu Hayuning Bawana”, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat ingin terus menghidupkan api kesenian dalam nilai-nilai Jawa, agar tetap relevan serta tak tergerus oleh jaman. Oleh karena itu, Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam beberapa tahun belakangan menghadirkan beragam aktivasi yang bertujuan untuk melestarikan budaya serta menarik lebih banyak wisatawan untuk mempelajari sejarah melalui corong kesenian.
Dalam perjalanan The Gateway of Java Kaping 5, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat memberikan sebuah pengalaman baru bagi siapapun, untuk mengenal sisi lain Keraton melalui aktivasi “Royal Deep Experience”.
Unduh booklet The Gateway of Java Kaping 5 dan dapatkan itinerary lengkap untuk menjelajahi 4 entitas budaya dan seni dari Yogyakarta hingga Surakarta.